ORDE BARU
Setelah
gerakan 30 September 1965 berhasil ditumpas dan berdasarkan bukti yang telah
dikumpulkan yang mengarah ke PKI, maka disimpulkan bahwa dalang dibalik gerakan
itu adalah PKI. Hal tersebut membuat marah rakyat yang diikuti oleh
demonstrasi-demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI beserta ormasnya dan
mengadili tokoh-tokohnya.
Sementara
itu, pada tanggal 16 Oktober 1965 Jenderal Soeharto diangkat sebagai Panglima
Angkatan Darat. Di lain sisi, keadaan perekonomian Indonesia semakin buruk,
barang kebutuhan sehari-hari sulit didapat dan harganya tinggi sehingga
mengakibatkan inflasi. Dalam bidang politik, pemerintah belum juga membubarkan
PKI. Mendengar hal ini, para pemuda, mahasiswa, dan para pelajar mulai
bertindak.
Untuk
menumpas G-30-S/PKI dibentuklah Front Pancasila. Kesatuan aksi yang tergabung
dalam Front Pancasila diantaranya adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
(KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.
Kesatuan aksi ini juga disebut sebagai Angkatan ’66.
Pada
tanggal 12 Januari 1966 kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila
berkumpul di Gedung DPR GR untuk mengajukan tri
tuntutan rakyat (tritura) yang isinya:
·
Pembubaran
PKI beserta ormasnya
·
Pebersihan
Kabinet Dwikora dari PKI
·
Penurunan
harga barang
Pada
tanggal 15 Januari 1966 kabinet Dwikora mengadakan sidang yang dihadiri oleh
perwakilan mahasiswa. Presiden Soekarno menuduh bahwa aksi demonstran tersebut
didalangi oleh CIA (Central Intellegence Agency) Amerika Serikat.
Pada
tanggal 21 Februari 1966, Presiden Soekarno mengumumkan perubahan kabinet.
Namun, banyak tokoh PKI yang terlibat di dalamnya. Kabinet ini disebut juga
Kabinet Seratus Menteri.
Pada
tanggal 24 Februari 1966 di Istana Merdeka sedang berlangsung pelantikan
kabinet. Para mahasiswa, pelajar, dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana
Merdeka. Pasukan Cakrabirawa menghadang
aksi tersebut sehingga terjadi bentrok dan menyebabkan gugurnya seorang
mahasiswa dari Universitas Indonesia yang bernama Arief Rachman hakim yang
kemudian para demonstran menjadikannya pahlawan Ampera.
Pada
tanggal 11 Maret 1966, diadakan sidang paripurna yang agendanya adalah
merumuskan jalan keluar dari krisis ekonomo, sosial, dan politik.
Ditengah-tengah pidatonya, Presiden Soeharto diberi tahu oleh Komandan
Cakrabirawa bahwa ada pasukan tidak dikenal yang berada di luar istana.
Kemudian, Presiden Soekarno pergi ke Istana Bogor didampingi oleh Dr.
Subandrio.
Para
perwira tinggi Angkatan Darat yang terdiri dari Mayjen. Basuki Rahmat,
Brigjend. Amir Mahmud, dan Brigjend M. Yusuf meminta izin Letjen. Soeharto
untuk menyusul presiden ke Istanan Bogor untuk melaporkan bahwa tidak ada
pasukan tak dikenal. Letjend Soeharto berpesan kepada Presiden Soekarno bahwa
jika diberi kesempatan, dirinya sanggup mengatasi keadaan.
Ketiga
perwira tinggi Angkatan Darat tersebut mengadakan pertemuan dengan Presiden
Soekarno. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Soekarno memerintahkan Komandan
Resimen Cakrabirawa untuk merancang konsep surat perintah yang ditujukan kepada
Letjen. Soeharto untuk mengatasi masalah keamanan dan krisis politik saat itu.
Surat tersebut dikenal dengan Surat Perintah Satu Maret (Supersemar).
Supersemar
memerintahka Letjen. Soeharto agar mengambil tindakan untuk menjamin keamanan,
ketenangan, dan kestabilan jalannya pemerintahan. Supersemar memiliki arti
sebagai berikut.
a.
Menjadi
tonggak lahirnya orde baru
b.
Dengan
Supersemar, Lenjend. Soeharto mengambil tindakan untuk menjamin kesatabilan
pemerintahan dan revolusi Indonesia
c.
Lahirnya
Supersemar menjadi awal penataan kehidupan negara yang sesuai dengan Pancasila
dan UUD 1945
No comments:
Post a Comment