Saturday, 9 February 2013

Latar Belakang Orba

ORDE BARU
Setelah gerakan 30 September 1965 berhasil ditumpas dan berdasarkan bukti yang telah dikumpulkan yang mengarah ke PKI, maka disimpulkan bahwa dalang dibalik gerakan itu adalah PKI. Hal tersebut membuat marah rakyat yang diikuti oleh demonstrasi-demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI beserta ormasnya dan mengadili tokoh-tokohnya.
Sementara itu, pada tanggal 16 Oktober 1965 Jenderal Soeharto diangkat sebagai Panglima Angkatan Darat. Di lain sisi, keadaan perekonomian Indonesia semakin buruk, barang kebutuhan sehari-hari sulit didapat dan harganya tinggi sehingga mengakibatkan inflasi. Dalam bidang politik, pemerintah belum juga membubarkan PKI. Mendengar hal ini, para pemuda, mahasiswa, dan para pelajar mulai bertindak.
Untuk menumpas G-30-S/PKI dibentuklah Front Pancasila. Kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila diantaranya adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain. Kesatuan aksi ini juga disebut sebagai Angkatan ’66.
Pada tanggal 12 Januari 1966 kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila berkumpul di Gedung DPR GR untuk mengajukan tri  tuntutan rakyat (tritura) yang isinya:
·         Pembubaran PKI beserta ormasnya
·         Pebersihan Kabinet Dwikora dari PKI
·         Penurunan harga barang
Pada tanggal 15 Januari 1966 kabinet Dwikora mengadakan sidang yang dihadiri oleh perwakilan mahasiswa. Presiden Soekarno menuduh bahwa aksi demonstran tersebut didalangi oleh CIA (Central Intellegence Agency) Amerika Serikat.
Pada tanggal 21 Februari 1966, Presiden Soekarno mengumumkan perubahan kabinet. Namun, banyak tokoh PKI yang terlibat di dalamnya. Kabinet ini disebut juga Kabinet Seratus Menteri.
Pada tanggal 24 Februari 1966 di Istana Merdeka sedang berlangsung pelantikan kabinet. Para mahasiswa, pelajar, dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana Merdeka.  Pasukan Cakrabirawa menghadang aksi tersebut sehingga terjadi bentrok dan menyebabkan gugurnya seorang mahasiswa dari Universitas Indonesia yang bernama Arief Rachman hakim yang kemudian para demonstran menjadikannya pahlawan Ampera.
Pada tanggal 11 Maret 1966, diadakan sidang paripurna yang agendanya adalah merumuskan jalan keluar dari krisis ekonomo, sosial, dan politik. Ditengah-tengah pidatonya, Presiden Soeharto diberi tahu oleh Komandan Cakrabirawa bahwa ada pasukan tidak dikenal yang berada di luar istana. Kemudian, Presiden Soekarno pergi ke Istana Bogor didampingi oleh Dr. Subandrio.
Para perwira tinggi Angkatan Darat yang terdiri dari Mayjen. Basuki Rahmat, Brigjend. Amir Mahmud, dan Brigjend M. Yusuf meminta izin Letjen. Soeharto untuk menyusul presiden ke Istanan Bogor untuk melaporkan bahwa tidak ada pasukan tak dikenal. Letjend Soeharto berpesan kepada Presiden Soekarno bahwa jika diberi kesempatan, dirinya sanggup mengatasi keadaan.
Ketiga perwira tinggi Angkatan Darat tersebut mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Soekarno memerintahkan Komandan Resimen Cakrabirawa untuk merancang konsep surat perintah yang ditujukan kepada Letjen. Soeharto untuk mengatasi masalah keamanan dan krisis politik saat itu. Surat tersebut dikenal dengan Surat Perintah Satu Maret (Supersemar).
Supersemar memerintahka Letjen. Soeharto agar mengambil tindakan untuk menjamin keamanan, ketenangan, dan kestabilan jalannya pemerintahan. Supersemar memiliki arti sebagai berikut.
a.       Menjadi tonggak lahirnya orde baru
b.      Dengan Supersemar, Lenjend. Soeharto mengambil tindakan untuk menjamin kesatabilan pemerintahan dan revolusi Indonesia
c.       Lahirnya Supersemar menjadi awal penataan kehidupan negara yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945



No comments:

Post a Comment