Tuesday, 5 March 2013

Cerbung


Hai sobat! Ini adalah cerbung pertamaku, selamat membaca ya... :D jangan lupa ninggalin jejak. Thank you !

BEST FRIEND FOREVER

Part II
          Sayup-sayup, Via mendengar langkah kaki seseorang dibelakangnya. Firasatnya mengatakan akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Dia pun mempercepat langkah dan tidak berani menoleh ke belakang. Saking tergesa-gesanya, Via terjatuh. Dia tidak melihat jalan yang dilewatinya ternyata berlubang. “aduhh...” keluhnya. Ternyata sikunya berdarah. “makanya, kalo jalan hati-hati” kata seseorang dibelakang Via. Reflek, Via menoleh ke belakang. “Bagas..” serunya. Bagas membantu Via berdiri dan mengajaknya duduk di pinggir trotoar. “kenapa, Lo kira gue preman?”kata Bagas. “kok lo bisa disini, bukannya tadi pulang duluan?” tanya Via. Bagas cuma diam dan mengeluarkan air mineral dari tasnya. Dengan cekatan, Bagas mencuci luka Via dan membalutnya dengan sapu tangan. Via masih bingung dengan apa yang telah dilakukan Bagas. “udah selesai” kata Bagas kemudian. “eh.. makasi ya” kata Via kikuk.
          “Bagas, ternyata lo baik juga ya” kata Via mencoba memulai pembicaraan. Bagas melihat Via sekilas dan tersenyum simpul. Suasana kembali sepi. Tak ada pembicaraan dari Bagas maupun Via. ‘setidaknya masih ada Bagas, nggak jalan sendiri' batin Via. “Bagas, rumah lo daerah sini juga?” tanya Via tiba-tiba. Mereka telah berjalan cukup lama dan akhirnya sampai di rumah Via. “enggak” jawab Bagas. Via mengerutkan kening. “ini rumah lo kan? Yaudah, cepet masuk” lanjut Bagas. “oh, oke makasih ya” kata Via kemudian. Bagas mengangguk kemudian berlalu pergi. Sebelum masuk rumah, Via melihat Bagas berjalan ke jalan yang telah mereka lewati. Via mengerutkan kening. ‘aneh’ batinnya.
Keesokan harinya, di sekolah...
          “Bagas makasih ya..” kata Via di lapangan basket. Dia mengembalikan sapu tangan Bagas yang semalem untuk membalut lukanya. Tanpa bilang apa-apa Bagas menerimanya. Kemudian Bagas memulai latihan basketnya. Via pun menuju kantin yang letaknya dekat lapangan basket.
          Di kantin, Tiara dan Dea sudah menunggu Via. “kok lo bisa bawa sapu tangan Bagas?” tanya Dea kepo. “semalem gue jatuh, trus ketemu Bagas..” jelas Via. “dan sapu tangan itu buat balut luka lo..” tebak Tiara. Via mengangguk. “so sweet....” koor Dea dan Tiara. “apaan sih kalian, biasa aja deh” respon Via cuek. “haha..ternyata sepupu gue baik hati juga ya ckckck..” gumam Dea. “gue juga heran, tapi syukur deh kalo Bagas udah baik sekarang” kata Tiara. Via tidak mendengarkan apa yang dikatakan Dea dan Tiara. Dia sibuk dengan bakminya, perutnya lapar berat.
          Sepulang sekolah, Bagas, Rino, Vino dan anak basket lainnya berkumpul di lapangan mendengarkan instruksi dari Pak Anton, pelatih basket mereka. “Bulan depan, akan ada kompetisi basket antar SMA. Bapak harap mulai besok, kalian bisa lebih intensif latihan.” Kata Pak Anton. “kalau sudah jelas, kalian boleh pulang, kecuali Bagas” tambah Pak Anton. Anak-anak basket pun bergegas pulang, kecuali Bagas. Dia mengikuti Pak Anton ke ruangannya. Di ruangan Pak Anton, Bagas dan Pak Anton mendiskusikan strategi yang akan digunakan. “maafkan Saya Bagas, karena tidak bisa mendampingi kalian latihan. Besok Bapak sudah berangkat” kata Pak Anton. “tidak apa-apa Pak, kita akan memberikan yang terbaik” kata Bagas yakin. “dan semoga Ibu Bapak cepat sembuh” tambahnya. “terimakasih Bagas, kalau begitu kamu bisa pulang” kata Pak Anton. Bagas pun pamit pulang. Dia yakin bahwa timnya tidak akan mengecewakan.
          Di jalan, Bagas bertemu dengan Rino yang sedang dikeroyok oleh preman. “woii, kalian apain temen gue!!” seru Bagas yang segera turun dari motornya dan menghampiri Rino. “mau jadi pahlawan lo?” kata salah seorang preman. “lepasin gue bilang!” sentak Bagas. Dia pun segera merebut tubuh Rino yang tidak berdaya. Setelah meletakkan Rino ke dekat pohon, Bagas mendaratkan pukulan kerasnya ke preman yang wajahnya paling sangar, mungkin dia ketuanya. “lumayan juga pukulan bocah ini” kata si preman dan memberi isyarat ke teman-temannya untuk mengroyok Bagas. Satu tangan berhasil mendaratkan pukulan di pipi kiri Bagas. “Stop!!! Berhenti!!” teriak seorang cewek yang datang bersama warga sekitar. Preman-preman itupun lari tebirit birit. “urusan kita belom selesai” kata ketua preman sebelum lari.
          Cewek itupun segera menolong Rino yang sudah pingsan dan Bagas yang babak belur. Siapa cewek itu?

Friday, 1 March 2013

Cerbung


Hai sobat! Ini adalah cerbung pertamaku, selamat membaca ya... :D jangan lupa ninggalin jejak. Thank you !

BEST FRIEND FOREVER

Part I
          “Huft! Capek, istirahat bentar yuk..” keluh Salma ke teman-temannya. “Nggak! Sebelum Tiara ketemu, kita nggak boleh istirahat” kata Via yang hampir meneteskan air matanya. “emang lo siapa?! Sok ngatur-ngatur kita” protes Dinda ke Via. “sorry, gue kebawa emosi” kata Via lirih. “kalo lo mau istirahat, mending pulang aja!” kata Rino yang juga ikut emosi. “lo kenapa sih No? Kita sahabat lo, tapi lo malah belain mereka” Salma mulai marah. “udah..kalian nggak usah bertengkar! Ayo kita cari Tiara lagi!” ajak Dea. “kita udah jalan jauh banget, tapi tu cewek belum ketemu juga. Huh! Nyusahin aja!” gerutu Salma. “kalo nggak mau bantu ya udah!” kata Bagas yang ternyata mendengar Salma. “sial! Bagas denger lagi” maki Salma dalam hati. “Bagas!! Tungguin gue dong!” panggil Salma setengah berlari. “lo kalo jalan cepet amat” kata Salma sambil menjajarkan langkahnya dengan Bagas. “lo aja yang lemot” batin Bagas dan mempercepat langkah.
          “Tiara!!!” seru Via yang melihat Tiara di seberang jalan. Tiara yang sadar kalau teman-temannya ada di situ langsung berlari. Via pun mengejar sambil memanggilnya. “Via, tunggu! Kita semua sayang sama lo!” teriak Via sekuat tenaga. Saat Tiara menoleh ke teman-temannya, ada seorang pengendara motor yang hampir menyerempetnya. Untung Via cepat-cepat berlari dan menarik tangan Tiara. Mereka berdua jatuh di pinggir jalan. Teman-teman lain segera menolong mereka. “Via!” kata Tiara dan langsung memeluk orang yang dipanggilnya. Via membalas pelukan Tiara. Suasana menjadi hening dan mengharukan. “Tiara, lo gak papa kan?” tanya Via khawatir. Tiara menggeleng. “Kita anterin lo pulang ya..” tawar Via. “nggak, gue nggak mau pulang!” tolak Tiara. Teman-teman yang mendengar perkataan Tiara pun kaget. Kok nggak mau pulang sih?!, pikir mereka. “yaudah.. Tiaranya kan udah ketemu. Kita bisa pulang sekarang, supir Salma juga udah datang” celetuk Dinda. “yaudah, kalian pulang aja. Biar Tiara gue yang anter. Makasih ya teman-teman” kata Via. “trus sekarang lo mau kemana?” tanya Rino ke Tiara. Belum sempat Tiara menjawab, Rino udah dipanggil Salma. “Rino, ayo cepetan pulang. Udah malem nih” kata Salma yang udah di dalam mobil. “Gue pulang duluan ya...” pamit Rino. “Makasih ya..” kata Tiara dan mengangguk.
          Salma, Rino, dan Dinda pun pulang. Sekarang tinggal Bagas, Dea, dan Vino yang menemani Via dan Tiara. “kalian nggak pulang?” tanya Via. “kita nggak mungkin ninggalin kalian lah Via” jawab Dea. “trus sekarang kita kemana? Supir gue udah dateng tuh” kata Vino yang dari tadi diem. “terserah, pokoknya nggak ke rumah gue.” Kata Tiara. Akhirnya mereka sepakat membawa Tiara ke rumah tantenya yang kebetulan tetangganya Vino.
          “Vino, gue pulang nebeng elo ya..” pinta Dea, sepupu Bagas. “sipp” jawab Vino mamerin jempolnya. “gue cabut duluan” kata Bagas kemudian pergi. “kalo gitu gue juga mau pulang” pamit Via. “yakin lo gak mau sekalian gue anter?” tanya Vino. “nggak usah Vin, makasih.. entar lo muter. Rumah gue kan jalannya searah, deket sini juga kok” tolak Via halus. “yaudah kalo gitu,” kata Vino. “by the way, si Bagas rumahnya deket sini juga ya, kok dia jalan kaki?” tanya Vino ke Dea dan Via. “iya, nggak jauh dari sini kok” jawab Dea. “yaudah..kalian cepet anterin Tiara gih, kasian kayaknya dia lelah banget” kata Via yang melihat Tiara tertidur di dalam mobil. “oke.. elo pulang juga hati-hati ya,” pesen Dea.
          Akhirnya Via pulang jalan kaki juga, sendirian. Dia tidak tahu kalau jalanan malam ini cukup sepi. “harusnya, tadi gue terima tawaran Vino. Huh! sepi” batin Via. Tanpa Via sadari, dibelakangnya ada seseorang yang mengikutinya. Apa yang terjadi dengan Via?